Pendahuluan
Pertanyaan klasik sering muncul: “Siapa sebenarnya yang menyalibkan Yesus, orang Yahudi atau Romawi?”
Jika dijawab hanya dari sisi sejarah, orang mudah terjebak dalam perdebatan: apakah pemimpin Yahudi sebagai inisiator atau Romawi sebagai eksekutor.
Tetapi jawaban itu kurang lengkap. Alkitab menunjukkan bahwa kematian Yesus adalah rencana Allah yang kekal, meski terjadi melalui kegagalan hukum, politik, dan agama manusia.
Untuk memahami hal ini, kita perlu menelusuri: hukum Taurat, tradisi rabinik, konteks politik Romawi, mengapa salib dan bukan rajam, nubuat Perjanjian Lama, makna teologis kutuk Taurat, keterlibatan semua pihak, dan akhirnya bagaimana salib berbicara bagi hidup kita hari ini.
1. βοΈ Hukum Taurat: Hukuman bagi Penghujat
Orang Yahudi ingin merajam Yesus karena melihat pernyataan-Nya sebagai penghujatan.
Yohanes 8:58β59 mencatat bahwa Yesus berkata,
“Sebelum Abraham jadi, Aku ada.” Bagi mereka, ini adalah klaim keilahian.
Taurat menetapkan hukuman bagi penghujat:
- Imamat 24:16: “Siapa yang menghujat nama TUHAN, pastilah ia dihukum mati; seluruh jemaah harus melempari dia dengan batu.”
- Ulangan 13:10: “Engkau harus melempari dia dengan batu sampai mati.”
Namun Taurat juga memberi pagar keadilan π‘οΈ:
- Ulangan 17:6β7: hukuman mati hanya boleh dijatuhkan dengan kesaksian dua atau tiga saksi, dan saksi itu harus melempar batu pertama.
- Ulangan 17:8β9: kasus yang sulit harus dibawa kepada imam atau hakim pusat.
2. ποΈ Tradisi Rabinik dan Sidang yang Menyimpang
Di zaman Yesus, ada pula hukum lisan Yahudi yang kelak dibukukan dalam Mishnah Sanhedrin (Β±200 M). Aturan-aturannya menunjukkan praktik sebelum 70 M, misalnya:
- Sidang perkara mati tidak boleh di malam hari π.
- Vonis mati tidak boleh diputus di hari yang sama; harus ada jeda sehari.
- Sidang seharusnya berlangsung di ruang Sanhedrin resmi di Bait Allah, bukan di rumah pribadi.
Aturan Taurat / Rabinik | Pelanggaran dalam Sidang Yesus | Rujukan |
---|---|---|
Sidang perkara mati tidak dilakukan malam hari (tradisi) | Sidang malam di rumah Kayafas | Tradisi Mishnah Sanhedrin; Mrk 14:53 |
Vonis mati tidak diputus & dieksekusi pada hari yang sama (tradisi) | Vonis cepat, disahkan pagi hari | Tradisi Mishnah Sanhedrin; Luk 22:66 |
Minimal 2β3 saksi; saksi pelempar batu pertama | Saksi tidak konsisten, ada saksi palsu | Ul 17:6β7; Mrk 14:55β59 |
Ruang sidang resmi Sanhedrin di Bait Allah | Sidang privat di rumah Imam Besar | Tradisi Mishnah Sanhedrin |
Pembuktian penghujatan harus ketat | Tekanan politik, saksi palsu dipakai | Im 24:16; Mrk 14:55β59 |
Tetapi dalam kasus Yesus, semua dilanggar:
- Sidang digelar malam hari di rumah Kayafas.
- Saksi palsu dipakai (Markus 14:55β59).
- Vonis dijatuhkan dengan cepat malam itu juga.
3. πΊ Roma: Kekuasaan Politik dan Keadilan yang Kalah
Sejak Yudea menjadi provinsi Romawi (6 M), Sanhedrin kehilangan hak eksekusi (ius gladii) βοΈ.
Hanya Roma yang bisa menjatuhkan hukuman mati. Karena itu, meski Sanhedrin memvonis Yesus, mereka tetap harus membawa-Nya ke Pilatus.
Tuduhan pun diubah. Dari penghujatan (agama) menjadi politik: Yesus dituduh menyebut diri-Nya Raja Yahudi π (Lukas 23:2).
Roma sensitif terhadap isu pemberontakan, sehingga tuduhan ini lebih efektif.
Pilatus tiga kali menyatakan Yesus tidak bersalah π€·ββοΈ dalam (Yoh. 18:38; 19:4, 19:6).
Tetapi tekanan politik membuatnya menyerah:
“Jika engkau melepaskan Dia, engkau bukan sahabat Kaisar”
(Yoh. 19:12).
4. βͺ Mengapa Salib, Bukan Rajam?
Secara Taurat, penghujat seharusnya dirajam πͺ¨. Tetapi Yesus mati di salib yang merupakan cara eksekusi khas Romawi.
Ini bukan kebetulan, melainkan penggenapan nubuat β¨:
- Mazmur 22:17: “Mereka menusuk tangan dan kakiku.”
- Zakharia 12:10: “Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.”
- Mazmur 34:21: “Tidak satu pun tulangnya patah.”
Salib juga terkait kutuk Taurat:
Ulangan 21:23: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu.”
Dan ditegaskan kembali oleh
Galatia 3:13:
“Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita.”
5. π₯ Semua Pihak Terlibat
Pertanyaan “siapa menyalibkan Yesus?” jawabannya berlapis:
- Pemimpin Yahudi: mendesak dan menginisiasi tuduhan
- Roma: mengeksekusi lewat salib
- Massa: ikut berseru “Salibkan Dia!”
- Kita semua: dosa manusialah yang membawa Yesus ke salib
Kisah Para Rasul 2:23 merangkum:
“Dia yang diserahkan menurut maksud dan rencana Allah, kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan orang-orang durhaka.”
Pihak | Peran |
---|---|
Roma | Eksekutor formal, tentara Romawi menyalibkan Yesus di bawah otoritas Pilatus. |
Pemimpin Yahudi | Inisiator, merencanakan penangkapan, sidang ilegal, menghadirkan saksi palsu, mendesak Pilatus. |
Massa | Berseru “Salibkan Dia!”, ikut menekan keputusan politik. |
Kita semua | Dosa manusia yang menjadi alasan Kristus disalibkan, sesuai rencana Allah untuk keselamatan. |
6. π Refleksi Teologis
Salib adalah cermin kegagalan manusia:
- Agama gagal β Taurat dijadikan alat manipulasi π
- Hukum gagal β Pilatus memilih aman daripada adil βοΈ
- Massa gagal β suara kebenaran dikalahkan mayoritas π
Namun justru melalui kegagalan itu, Allah bekerja . Yesus berkata dalam:
Yohanes 10:18:
“Tidak seorang pun mengambil nyawa-Ku dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri.”
Nubuat PL | Penggenapan di Yesus |
---|---|
Mazmur 22:18 Mereka membagi-bagi pakaianku | Prajurit Romawi membuang undi atas jubah Yesus (Yohanes 19:24) |
Yesaya 53:7 Ia dianiaya, tetapi tidak membuka mulut-Nya | Yesus diam di hadapan Mahkamah Agama & Pilatus (Matius 27:12β14) |
Ulangan 21:23 Orang tergantung pada kayu terkutuk | Yesus mati di kayu salib, menanggung kutuk dosa (Galatia 3:13) |
Zakharia 12:10 Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam | Yesus ditikam tombak di salib (Yohanes 19:34β37) |
7. π Aplikasi Praktis
- Ketidakadilan bukan akhir β Hakim sejati adalah Kristus (2 Timotius 4:8)
- Agama bisa jadi topeng β iman sejati adalah hati yang tunduk, bukan sekadar ritual
- Massa mudah digiring β orang Kristen dipanggil setia pada kebenaran
- Salib membongkar dan membebaskan β Yesus mati justru untuk orang-orang yang gagal
- Hidup bebas dari kutuk β Kristus sudah menanggungnya (Gal. 3:13)
- Salib menuntut respons β tidak ada netralitas di kaki salib
π Penutup
Siapa yang menyalibkan Yesus?
- Secara historis: pemimpin Yahudi mendesak, Roma mengeksekusi π
- Secara moral: semua manusia berdosa terlibat π
- Secara ilahi: Allah sendiri menyerahkan Anak-Nya π
Salib adalah titik di mana kegagalan manusia bertemu dengan kasih Allah.
Dunia mengira salib adalah akhir, tetapi bagi Allah, salib adalah awal keselamatan .
“Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus⦔
(Galatia 6:14)
