Setiap orang memiliki cerita perjalanan hidup: ada saat jatuh, ada saat diangkat, ada masa ujian, ada juga masa penggenapan. Yang luar biasa, Alkitab sejak awal sudah menyingkapkan pola ini dari Kejadian hingga Yosua. Bukan hanya kisah bangsa Israel, tetapi gambaran perjalanan rohani kita bersama Allah.
π Kejadian: Manusia yang Hancur oleh Dosa
Kejadian dimulai dengan dunia yang sempurna, lalu dirobek oleh dosa. Adam dan Hawa jatuh, dan sejak itu seluruh keturunan manusia membawa luka yang sama: haus akan kebenaran, tapi tak mampu mendapatkannya dengan kekuatan sendiri.
Kita bisa membangun kota, budaya, bahkan menara setinggi langit, tapi tetap gagal menebus diri. Dosa merampas kemuliaan kita dan menjadikan kita binasa. Namun, di tengah kegelapan itu, Allah berbisik janji harapan.
“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kejadian 3:15)
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23)
Dari awal, janji keselamatan sudah ditabur. π±
π©Έ Keluaran: Manusia yang Ditebus dengan Darah
Bangsa Israel di Mesir adalah potret kita: diperbudak, tidak berdaya, tanpa harapan. Tetapi Allah turun tangan. Dengan kuasa-Nya, Dia membebaskan umat-Nya dan puncaknya adalah darah anak domba Paskah yang melindungi mereka dari murka.
Itulah bayangan Kristus: Penebus sejati yang darah-Nya membuat maut lewat dari kita. Penebusan bukan cerita manis; ia berdarah, penuh harga. Hidup kita sekarang ada karena darah itu.
“Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu, dan tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir.” (Keluaran 12:13)
“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (1 Petrus 1:18-19)
π₯ Imamat: Manusia yang Dipanggil untuk Kudus dan Melayani
Setelah keluar dari perbudakan, Allah tidak membiarkan umat-Nya berjalan tanpa arah. Ia memberi mereka hukum kesucian dan panggilan untuk menjadi bangsa yang kudus.
Hidup orang percaya tidak boleh berhenti di titik “selamat.” Kita ditebus bukan untuk duduk manis, tapi untuk menjadi imam-imam Allah yang mempersembahkan hidup sebagai korban syukur, pujian, dan pelayanan. Di sinilah kita belajar: penebusan melahirkan pengudusan.
“Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.” (Imamat 19:2)
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” (1 Petrus 2:9)
ποΈ Bilangan: Manusia yang Diuji di Padang Gurun
Namun, jalan iman tidak pernah mulus. Israel yang sudah ditebus justru banyak kali bersungut, memberontak, dan tidak percaya. Mereka lebih suka kembali ke Mesir daripada melangkah ke janji Allah.
Betapa miripnya dengan kita! Berapa kali kita lebih memilih zona nyaman dosa daripada perjalanan iman yang melelahkan? Padang gurun adalah sekolah iman: di situlah Allah membentuk, menguji, dan mengikis segala kesombongan kita. Kita hanya bisa bertahan jika mata tetap tertuju pada-Nya.
“Dan kamu harus ingat kepada seluruh perjalanan yang ditempuh TUHAN, Allahmu, bersama-sama dengan engkau di padang gurun selama empat puluh tahun ini, dengan maksud merendahkan hatimu dan mencoba engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.” (Ulangan 8:2)
“Janganlah kamu seperti nenek moyang kamu, yang mencobai dan menguji Aku di Masa dan Meriba, padahal mereka telah melihat pekerjaan-Ku.” (Mazmur 95:8-9)
π Ulangan: Manusia yang Diperbarui dalam Kasih dan Perjanjian
Mendekati tanah perjanjian, Musa mengulangi seluruh hukum Allah. Tapi kali ini dengan penekanan yang berbeda: bukan hanya aturan, tapi kasih.
Inilah kunci: perjanjian yang sejati lahir dari kasih, bukan sekadar ketaatan buta. Tanpa kasih, ibadah hanyalah kebiasaan kosong. Tanpa kasih, kita bisa menjadi religius tapi jauh dari Allah.
“Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ulangan 6:5)
“TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup.” (Ulangan 30:6)
π Yosua: Manusia yang Masuk dalam Janji Allah
Akhirnya, tibalah momen itu: umat Allah menyeberangi sungai Yordan dan masuk ke tanah perjanjian. Bukan karena kekuatan mereka, tapi karena kesetiaan Allah terhadap janji-Nya.
Tanah perjanjian adalah gambaran dari dua hal: hidup baru di dalam Kristus saat ini, dan pengharapan kekal di surga kelak. Allah yang memimpin Israel masuk Kanaan adalah Allah yang sama yang menuntun kita masuk ke dalam kemenangan Kristus.
“Kuatkanlah hatimu dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka.” (Yosua 1:6)
“Seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa: segala tempat yang diinjak telapak kakimu akan Kuberikan kepadamu.” (Yosua 1:3)
“Sebab segala janji Allah, ialah ‘ya’ di dalam Dia. Sebab itu oleh Dia juga kita mengucapkan ‘Amin’ bagi kemuliaan Allah.” (2 Korintus 1:20)
β¨ Pesan bagi Kita Hari Ini
Perjalanan iman tidak berhenti di “ditebus.” Banyak orang berhenti di tengah jalan. Mereka masih hidup dalam keluhan, masih terikat pada masa lalu, masih setengah hati mengasihi Tuhan. Tapi panggilan Allah jelas:
Dari kejatuhan (Kejadian) π
Menuju penebusan (Keluaran) π©Έ
Lalu hidup kudus (Imamat) π₯
Melewati ujian (Bilangan) ποΈ
Dipulihkan dalam kasih (Ulangan) π
Sampai masuk kemenangan janji Allah (Yosua) π
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11)
π₯ Refleksi Pribadi
Di fase mana perjalanan iman kita saat ini? π€
- Apakah masih terikat masa lalu seperti di Mesir? βοΈ
- Apakah masih bergumul di padang gurun dengan hati yang ragu? π΅
- Ataukah sudah berjalan maju, siap menyeberang ke tanah janji bersama Kristus? πΆββοΈ
Satu hal pasti: Allah yang setia dari Kejadian sampai Yosua adalah Allah yang sama yang menuntun hidupmu. Jangan berhenti di tengah jalan. Masuklah sampai ke janji-Nya! π
“Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.” (Filipi 1:6)
