Jawaban dari Perspektif Seorang Kristosentris
Pertanyaan klasik dan mendalam ini sering kali menjadi batu sandungan bagi banyak orang yang mencari jawaban tentang keberadaan dan sifat Allah: “Jika Allah itu ada dan baik, mengapa Ia membiarkan penderitaan terjadi?”
Sebagai orang Kristen, saya punya jawaban yang tegas, dan saya tidak memiliki jawaban lain di luar konteks iman saya kepada Yesus Kristus. Mari kita telusuri jawaban ini dengan hati yang terbuka dan pikiran yang jernih. π
π Penderitaan dan Akar Dosa Manusia
Penderitaan dan ketidakadilan memang nyata dan tidak bisa dipungkiri terjadi di dunia ini. Setiap hari kita menyaksikan berita tentang bencana alam, penyakit, kemiskinan, dan berbagai bentuk kejahatan. Namun, akar dari semua penderitaan bukanlah Allah yang tidak adil atau kejam, melainkan dosa manusia yang memisahkan kita dari Allah.
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”
Roma 3:23 (alkitab.mobi/roma/3/23)
Dunia yang Allah ciptakan pada awalnya sempurna dan harmonis. Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, dan sungguh amat baik!
“Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan pagi, hari keenam.”
Kejadian 1:31 (alkitab.mobi/kejadian/1/31)
Tetapi saat manusia jatuh dalam dosa dengan memakan buah terlarang, dunia pun rusak dan penderitaan masuk ke dalam ciptaan. Kejatuhan ini bukan hanya mempengaruhi Adam dan Hawa, tetapi seluruh umat manusia dan ciptaan Allah.
“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.”
Roma 5:12 (alkitab.mobi/roma/5/12)
π Dampak Dosa Terhadap Seluruh Ciptaan
Dosa membawa konsekuensi yang tidak hanya memengaruhi manusia secara pribadi, tetapi juga seluruh ciptaan:
“Sebab dengan penuh kerinduan seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang seluruh makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.”
Roma 8:19-22 (alkitab.mobi/roma/8/19-22)
Oleh sebab itu, penderitaan bukanlah kehendak Allah yang jahat, melainkan akibat dari pelanggaran manusia yang merusak tatanan dunia yang sempurna.
βοΈ Ketidakadilan Terbesar: Kematian Yesus Kristus
Namun, ada satu ketidakadilan yang jauh lebih besar dari semua penderitaan yang kita alami di dunia ini. Ketidakadilan terbesar dalam sejarah adalah ketika Yesus Kristus, Anak Allah yang tanpa dosa harus mati menggantikan manusia yang berdosa.
“Dia yang tidak mengenal dosa telah dijadikan-Nya dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”
2 Korintus 5:21 (alkitab.mobi/2korintus/5/21)
Ini adalah paradoks keadilan ilahi yang sulit dipahami oleh akal manusia: Allah yang adil tidak bisa membiarkan dosa tanpa hukuman, namun Allah yang penuh kasih menyediakan pengganti, yaitu Yesus, yang menanggung hukuman itu bagi kita. ποΈ
π Penderitaan Kristus yang Mengguncang Alam Semesta
Ketika Yesus disalibkan, bahkan alam semesta merespons dengan gempa bumi dan kegelapan:
“Sejak jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Matius 27:45-46 (alkitab.mobi/matius/27/45-46)
Jika kita menggugat keadilan Allah karena membiarkan penderitaan, maka kita juga harus membalikkan gugatan itu kepada manusia atas dosa-dosanya yang membuat Yesus harus menanggung hukuman tersebut.
ποΈ Allah Membuktikan Keadilan-Nya Lewat Pengorbanan Yesus
Gugatan ketidakadilan Allah sebenarnya sudah dijawab oleh Allah sendiri melalui keadilan yang sulit dipahami manusia, yaitu pengorbanan Yesus Kristus:
“Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.”
Roma 3:25-26 (alkitab.mobi/roma/3/25-26)
Ini adalah bentuk keadilan Allah yang sejati: Dia menuntut keadilan, namun juga menyalurkan kasih dan anugerah-Nya lewat pengorbanan yang menggenapi hukum Taurat dan membawa keselamatan.
π― Keadilan dan Kasih yang Bersatu Sempurna
Di salib, keadilan dan kasih Allah bertemu dalam harmoni yang sempurna:
“Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman.”
Mazmur 85:10 (alkitab.mobi/mazmur/85/10)
π€ Pandangan Parsial dan Egois Tentang Penderitaan
Maka dari itu, menggugat keadilan Allah tanpa mengakui ketidakadilan manusia adalah pandangan yang parsial dan egois. Kita sering kali melihat penderitaan hanya dari perspektif kita sendiri, tanpa mempertimbangkan gambaran yang lebih besar tentang dosa dan konsekuensinya.
Kita harus berani jujur mengakui bahwa:
- πͺ Dosa kita berkontribusi pada penderitaan di dunia
- π Allah, dalam kasih-Nya yang luar biasa, telah menyediakan jalan keselamatan
- π€οΈ Pengorbanan Kristus adalah jawaban terbesar terhadap masalah penderitaan
“Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
Roma 5:8 (alkitab.mobi/roma/5/8)
π¬ Percakapan Imajinatif: Dialog tentang Keadilan Allah
Sebagai gambaran, begini kira-kira percakapannya:
Seseorang: “Kalau Allah baik, mengapa Ia membiarkan orang menderita? Bukankah itu tidak adil?”
Saya: “Pertanyaan yang sangat mendalam! Tapi izinkan saya bertanya balik: Apakah Anda menganggap adil ketika Yesus, yang tanpa dosa sama sekali, harus mati karena dosa orang lain?”
Seseorang: “Hmmβ¦ tidak, itu memang tidak adil. Kenapa orang yang tidak bersalah harus menanggung akibat kesalahan orang lain?”
Saya: “Tepat sekali! Dan di situlah letak jawabannya. Ketidakadilan itu justru menunjuk pada dosa manusia dan konsekuensi yang harus ditanggung. Gugatan ketidakadilan Allah sebenarnya sudah dijawab oleh Allah sendiri melalui pengorbanan Yesus yang sulit dipahami oleh akal manusia.”
Saya melanjutkan: “Jadi, jika Anda menggugat keadilan Allah karena membiarkan penderitaan, Anda juga harus mengakui ketidakadilan terbesar yang membuat Yesus menggantikan posisi kita. Tanpa mengakui kedua sisi ini, pertanyaannya tidak lengkap dan tidak akan mendapat jawaban yang memuaskan.”
Seseorang: “Wah, saya tidak pernah melihatnya dari sudut pandang itu⦔
Saya: “Itulah keindahan Injil. Allah tidak mengabaikan penderitaan kita, justru Dia sendiri yang menanggung penderitaan terbesar untuk menyelamatkan kita.” π
β¨ Aplikasi Praktis bagi Orang Percaya: Menjalani Hidup di Tengah Penderitaan
Sebagai orang percaya, kita tidak hanya diberikan jawaban atas penderitaan, tapi juga panggilan untuk menjalani hidup yang penuh harapan meski dalam situasi sulit. Iman kepada Yesus Kristus mengajarkan kita untuk:
1. πͺ Menghadapi Penderitaan dengan Iman dan Pengharapan
“Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.”
1 Petrus 5:10 (alkitab.mobi/1petrus/5/10)
Penderitaan bukan akhir dari cerita hidup kita. Allah berjanji akan memulihkan, menguatkan, dan mengokohkan kita setelah kita mengalami penderitaan sesaat.
2. π€ Berbagi Beban Sesama
“Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!”
Roma 12:15 (alkitab.mobi/roma/12/15)
Sebagai tubuh Kristus, kita dipanggil saling menguatkan dan menolong. Ketika kita melihat orang lain menderita, kita bukan hanya bertanya “mengapa Allah membiarkan ini terjadi?” tetapi juga bertindak: “apa yang bisa saya lakukan untuk meringankan penderitaan ini?”
3. π± Memandang Penderitaan sebagai Alat Pemurnian dan Pertumbuhan Rohani
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”
Yakobus 1:2-4 (alkitab.mobi/yakobus/1/2-4)
Pencobaan dan penderitaan, meskipun menyakitkan, dapat menjadi alat Allah untuk membentuk karakter kita, menguji iman kita, dan membawa kita kepada kedewasaan rohani yang lebih dalam.
4. π Menantikan Janji Pemulihan Sempurna di Masa Depan
“Dan Aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: ‘Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau duka cita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.'”
Wahyu 21:3-4 (alkitab.mobi/wahyu/21/3-4)
Ini adalah janji yang paling menggembirakan! Akan tiba waktunya ketika Allah menghapus segala air mata dan penderitaan tidak akan ada lagi.
π Kesimpulan: Harapan Kekal di Tengah Penderitaan
Penderitaan bukan alasan untuk menolak keberadaan Allah atau meragukan kasih-Nya. Sebaliknya, penderitaan mengajak kita untuk melihat kasih dan keadilan Allah yang tuntas dalam pengorbanan Yesus Kristus.
π― Poin-Poin Penting yang Perlu Diingat:
Realita Penderitaan: Iman Kristen tidak menafikan realita penderitaan, bahkan mengakui bahwa penderitaan adalah bagian nyata dari kehidupan di dunia yang jatuh dalam dosa.
Sumber Harapan: Namun iman kita mengarahkan kita kepada harapan akan pemulihan sempurna di dalam Tuhan, bukan kepada keputusasaan atau kemarahan.
Panggilan Hidup: Kita diundang untuk hidup bukan dalam ketakutan atau kemarahan terhadap penderitaan, melainkan dalam pengharapan yang teguh akan janji keselamatan dan kehidupan kekal.
Perspektif Kekal: Yang sementara adalah penderitaan, yang kekal adalah kemuliaan yang disiapkan Allah bagi orang-orang yang mengasihi Dia.
“Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.”
2 Korintus 4:17-18 (alkitab.mobi/2korintus/4/17-18)
π Doa Penutup
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau tidak meninggalkan kami dalam penderitaan tanpa jawaban. Terima kasih karena Engkau sendiri yang menanggung penderitaan terbesar untuk menyelamatkan kami. Tolonglah kami untuk dapat melihat penderitaan dengan mata iman, dan hidup dalam pengharapan akan pemulihan yang sempurna di dalam Engkau.
Dalam nama Yesus yang terkasih, Amin. βοΈπ
“Karena Aku ini tahu rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
Yeremia 29:11 (alkitab.mobi/yeremia/29/11)
