Skip to content
VeniSancteSpiritus  Blog Kristosentris VeniSancteSpiritus Blog Kristosentris

Belajar Firman Tuhan dengan Alkitab sebagai dasar.

  • Beranda
  • Apa Yang Baru?
  • Renungan
  • Teologi
  • Apologetika
    • Seri Apologetika
  • Tokoh-Tokoh Alkitab
  • Kesaksian Hidup
  • Lagu Rohani
  • Inspirasi Bergambar
  • Tentang Penulis
  • Teologi Penulis
  • Kontak
VeniSancteSpiritus  Blog Kristosentris
VeniSancteSpiritus Blog Kristosentris

Belajar Firman Tuhan dengan Alkitab sebagai dasar.

Dipilih Bukan Untuk Diam: Sebuah Perenungan

August 10, 2025August 11, 2025

Momen Takjub yang Mengubah

Pernahkah Anda membayangkan berdiri di kaki sebuah salib yang besar, merasakan beban dosa terangkat dari pundak? Atau membayangkan diri bersama Musa di kaki gunung Sinai, menyaksikan api dan guruh-Nya yang membelah langit?

Di sanalah, dalam keheningan yang menggetarkan jiwa, kita menyadari satu kebenaran yang mengubah segalanya: kita telah dipilih.

Perasaan takjub dan syukur yang meluap itu adalah salah satu momen paling suci dalam perjalanan iman. Kita tahu bahwa kita tidak layak, kita tidak hebat.

Kita hanyalah debu tanah yang dibentuk menjadi bejana tanah liat, namun justru karena kelemahan itulah kita dipilih oleh kasih karunia-Nya yang tak terbatas. Dalam momen seperti ini, kita ingin menempatkan titik di sana: “aku telah diselamatkan,” “aku telah diberkati,” “aku telah dipilih.”

Namun, di sinilah letak keindahan sekaligus tantangan iman yang sering kita lupakan. Momen takjub itu bukanlah titik akhir cerita kita.

Itu adalah sebuah koma, jeda yang penuh makna sebelum kalimat kehidupan kita dilanjutkan.

⚠️ Bahaya Menempatkan Titik

Titik adalah tanda berhenti total. Sebuah titik prematur akan menjadikan kita umat yang puas diri, yang hanya sibuk menikmati status sebagai “orang pilihan” sambil melupakan tanggung jawab yang menyertainya.

Kita akan menjadi seperti Israel yang lupa akan Tuhan setelah merasa nyaman dan kenyang di Tanah Perjanjian (Ulangan 8:11-14). Kita akan bermegah pada anugerah yang kita terima, tetapi melupakan tujuan Allah memberikannya.

Titik akan menghentikan aliran kasih yang seharusnya mengalir melalui kita kepada dunia yang haus. Titik akan mengubah kita dari saluran berkat menjadi bendungan yang menahan air hidup. Titik akan membuat kita lupa bahwa panggilan Allah selalu bersifat ganda: untuk kita sekaligus melalui kita.

Koma: Jeda yang Penuh Tujuan

Namun, Allah tidak pernah menempatkan titik setelah panggilan-Nya. Ia menempatkan sebuah koma yang penuh makna.

Koma adalah jeda untuk bernapas dalam-dalam. Jeda untuk merenungkan kedalaman anugerah yang telah kita terima, untuk membiarkan keajaiban kasih-Nya meresap ke dalam setiap serat jiwa kita, dan untuk mengisi hati dengan syukur yang tak terkira.

Tetapi setelah koma, kalimat harus terus berlanjut. Kalimat itu adalah tugas, misi, dan panggilan yang Allah embankan kepada kita.

Dalam jeda koma inilah kita belajar bahwa dipilih bukanlah privilege untuk dinikmati sendiri, melainkan responsibility untuk dibagi bersama dunia.

πŸ“ Melanjutkan Kalimat Allah

Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Israel kuno dipilih bukan karena jumlah atau kehebatan mereka, melainkan karena kasih Allah kepada mereka dan kesetiaan-Nya terhadap perjanjian dengan Abraham (Ulangan 7:7-8).

Demikian pula dengan kita. Adapun kita dipilih bukan karena prestasi atau kesalehan kita, melainkan karena kasih karunia yang berdaulat. Yesus sendiri menegaskan, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah” (Yohanes 15:16).

Perhatikan: “supaya kamu pergi.” Bukan “supaya kamu duduk dan menikmati.” Bukan “supaya kamu bersembunyi dan merasa aman.” Tetapi “supaya kamu pergi” yang artinya: bergerak, bertindak, menghasilkan buah.

Mengapa Allah membutuhkan kita untuk bergerak? Karena Ia telah memilih untuk bekerja melalui agen-agen manusiawi. Ia membutuhkan umat yang telah mengalami transformasi oleh anugerah-Nya untuk menjadi saksi hidup bagi dunia yang masih tersesat dalam kegelapan.

πŸ’‘ Menjadi Terang di Tengah Kegelapan

Tugas Israel dalam Perjanjian Lama adalah agar bangsa-bangsa lain melihat ketaatan dan hikmat mereka, lalu berseru, “Memang bangsa yang besar ini adalah bangsa yang bijaksana dan berakal budi!” (Ulangan 4:6).

Mereka dipanggil untuk menjadi “kerajaan imam dan bangsa yang kudus” (Keluaran 19:6) yang merupakan perantara antara Allah dan dunia.

Tugas kita dalam era Perjanjian Baru adalah sama, tetapi dengan panggilan yang lebih luas dan jelas. Sebagai orang-orang yang telah “dikeluarkan dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib,” kita dipanggil untuk “memberitakan perbuatan-perbuatan besar Dia yang memanggil kita” (1 Petrus 2:9).

Kita adalah “terang dunia” dan “garam dunia” (Matius 5:13-14) tidak untuk disimpan, melainkan untuk bersinar dan memberi rasa.

Perbandingan: Israel dan Orang Percaya

πŸ“œ Perbandingan: Israel dan Orang Percaya πŸ•ŠοΈ

AspekIsrael (Perjanjian Lama)Orang Percaya (Perjanjian Baru)
Alasan DipilihKasih dan kesetiaan Allah kepada perjanjian dengan Abraham, bukan karena kehebatan atau jumlah merekaKasih dan anugerah Allah yang digenapi sempurna di dalam Kristus, bukan karena perbuatan baik kita
Kutipan Kunci“Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa-bangsa lain maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu sebab kamu ini yang paling kecil jumlahnya dari segala bangsa, tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya” (Ulangan 7:7-8)“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu” (Yohanes 15:16)
IdentitasKeturunan fisik Abraham, Ishak, dan Yakub. Bangsa pilihan berdasarkan garis keturunanAnak-anak rohani Abraham melalui iman kepada Kristus dari segala suku dan bangsa
Dasar HubunganKetaatan pada hukum Taurat dan sistem pengorbanan sebagai jalan mendekat kepada AllahIman kepada Yesus Kristus dan anugerah yang diterima melalui pengorbanan-Nya yang sempurna
Tujuan DipilihMenjadi bangsa yang bijaksana dan kudus di tengah bangsa-bangsa, sebagai saksi kemuliaan AllahMemberitakan perbuatan-perbuatan ajaib Allah dan menjadi terang dunia bagi semua bangsa
Kutipan Misi“Memang bangsa yang besar ini adalah bangsa yang bijaksana dan berakal budi” (Ulangan 4:6)“Supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia yang memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Petrus 2:9)
JangkauanTerutama fokus pada bangsa Israel sebagai umat pilihan, dengan panggilan untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsaUniversal dan merangkul semua bangsa, suku, dan bahasa melalui Injil Kristus
Sifat PerjanjianSementara dan mengarah kepada Kristus: “penuntun sampai Kristus datang” (Galatia 3:24)Kekal dan final, perjanjian baru dalam darah Kristus yang tidak akan digantikan

❓ Pertanyaan Setelah Koma

Jadi, perenungan kita tidak boleh berhenti pada kata “takjub.” Takjub harus mendorong kita untuk bertanya dengan serius:

Apa kalimat yang harus saya lanjutkan setelah koma ini? Setiap orang memiliki panggilan unik dalam rencana besar Allah. Bagi sebagian, itu mungkin panggilan untuk melayani di gereja.

Bagi yang lain, mungkin menjadi saksi Kristus di tempat kerja, di kampus, atau di lingkungan tempat tinggal.

Bagaimana hidup saya dapat menjadi kesaksian akan perbuatan ajaib Allah? Tidak harus dengan berkhotbah di mimbar. Kesaksian terbaik sering kali adalah kehidupan yang dipenuhi kasih, integritas, dan harapan yang tidak dapat dijelaskan oleh standar dunia.

Apakah saya mengalirkan kasih dan anugerah yang telah saya terima? Atau justru menahan dan menyimpannya hanya untuk kepuasan rohani pribadi? Allah memberikan sungai air hidup bukan untuk ditampung dalam tanki pribadi, melainkan untuk dialirkan kepada tanah yang gersang.

Siapa yang Allah tempatkan dalam lingkaran pengaruh saya? Keluarga, teman, rekan kerja, atau tetangga?Mereka bukan kebetulan ada dalam hidup kita. Mereka adalah bagian dari kalimat yang harus kita lanjutkan.

πŸŒ€ Paradoks Anugerah

Menjadi orang percaya memang sebuah anugerah yang begitu besar dan personal sehingga kita tergoda untuk menyimpannya hanya untuk diri sendiri.

Ini adalah paradoks anugerah: semakin kita mencoba mempertahankannya untuk diri sendiri, semakin kita kehilangan esensinya.

Sebaliknya, semakin kita bagikan, semakin berlimpah ia mengalir dalam hidup kita.

Yesus mengajarkan prinsip ini: “Siapa yang menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Matius 16:25).

Hal yang sama berlaku untuk anugerah: siapa yang menyimpan anugerah hanya untuk diri sendiri, ia akan kehilangan kegembiraan anugerah itu; tetapi siapa yang memberikan anugerah itu kepada orang lain, ia akan mengalami kelimpahan yang tak terduga.

πŸšΆβ€β™‚οΈ Bergerak dalam Kasih

Biarkan takjub akan anugerah Allah mengalirkan semangat, keberanian, dan kasih yang nyata dalam hati kita.

Biarkan koma itu menjadi ruang bernapas yang mempersiapkan kita untuk melangkah dan melanjutkan kalimat Allah dengan hidup kita sendiri.

Kita dipilih bukan untuk diam dalam kenyamanan, melainkan untuk bergerak dalam misi. Bukan untuk bersembunyi dalam komunitas yang aman, melainkan untuk menjangkau mereka yang masih tersesat.

Bukan untuk menikmati berkat dalam keheningan, melainkan untuk menjadi berkat dengan tindakan nyata.

Dunia sedang menunggu kelanjutan kalimat itu. Dan Allah, dalam kedaulatan-Nya yang penuh kasih, telah memilih untuk melanjutkannya melalui kita, melalui tangan kita yang melayani, melalui mulut kita yang berkata-kata dengan kasih, melalui kaki kita yang pergi kepada mereka yang membutuhkan.

Jadi, setelah koma keheranan dan syukur ini, apa yang akan Anda tulis dalam kalimat hidup Anda?

Dipilih Bukan untuk Diam
Renungan

Post navigation

Previous post
Next post

  • Harta Duniawi dan Jembatan ke Surga: Lukas 16:9-18 dalam Dunia YesusΒ πŸŒ„βœ¨
  • Tuhan Tidak Terburu-Buru: Panggilan Menjadi Saksi di Tengah Dunia yang Gelisah
  • Yesus sebagai Air Hidup: Sumber Kehidupan Rohani bagi Orang Percaya
  • Ketika Alam Semesta Balas Menatap: Luka dalam Cara Kita Memahami dan Cara Kita Menghindari Relasi
  • “Lebih Baik Ia Tidak Dilahirkan”: Luka Yesus, Tragedi Yudas, dan Gugatan terhadap Eksistensi πŸ’”

©2025 VeniSancteSpiritus Blog Kristosentris | WordPress Theme by SuperbThemes