Skip to content
VeniSancteSpiritus  Blog Kristosentris VeniSancteSpiritus Blog Kristosentris

Belajar Firman Tuhan dengan Alkitab sebagai dasar.

  • Beranda
  • Apa Yang Baru?
  • Renungan
  • Teologi
  • Apologetika
    • Seri Apologetika
  • Tokoh-Tokoh Alkitab
  • Kesaksian Hidup
  • Lagu Rohani
  • Inspirasi Bergambar
  • Tentang Penulis
  • Teologi Penulis
  • Kontak
VeniSancteSpiritus  Blog Kristosentris
VeniSancteSpiritus Blog Kristosentris

Belajar Firman Tuhan dengan Alkitab sebagai dasar.

Berjaga Satu Jam: Jangan Terlewat Lawatan Allah di Saat Kelelahan

August 28, 2025August 28, 2025

Malam di Getsemani itu selalu membuat saya merenung panjang. Saya membayangkan Yesus yang begitu sedih, berkata:
“Hati-Ku sangat pedih, seperti mau mati rasanya” (Markus 14:34). Berjaga satu jam: jangan terlewat lawatan Allah akan membuka hati kita betapa pentingnya pesan yang disampaikan Yesus.

Namun, apa yang Ia lakukan? Bukan menyerah, bukan lari, melainkan berdoa dengan peluh darah (Lukas 22:44).
Dan di situlah lawatan Allah hadir: malaikat datang menguatkan-Nya.

πŸ‘‰ Pesan penting bagi kita: kelelahan bukanlah akhir, bisa jadi awal lawatan Tuhan.


Murid-Murid: Dekat Tapi Tidak Peka

Kontras dengan Yesus, para murid justru tertidur. Padahal permintaan Yesus sederhana:
“Berjagalah bersama-Ku satu jam saja.”

Lukas memberi catatan menarik: “mereka tertidur karena dukacita” (Lukas 22:45).
Bukan sekadar lelah, melainkan karena hati mereka terlalu berat oleh kesedihan. Tubuh mereka akhirnya mencari pelarian: tidur.

Perbedaan mencolok pun terlihat:

  • Yesus sedih β†’ Ia memilih berdoa.
  • Murid-murid sedih β†’ mereka memilih tidur.

Dekat secara fisik dengan Yesus ternyata tidak otomatis membuat seseorang peka pada kehendak Tuhan. Roh mereka sebenarnya mau, tetapi daging terlalu lemah.

πŸ‘‰ Pesannya untuk kita: jangan biarkan kedekatan lahiriah dengan aktivitas rohani (gereja, pelayanan, komunitas) menipu kita. Yang Tuhan minta adalah kepekaan hati, bukan sekadar kehadiran fisik.


Sedih yang Menidurkan vs Sedih yang Membawa Doa

Ada dua jalan ketika kita sedih:

  1. Membiarkan kesedihan menidurkan kita, menenggelamkan kita dalam pelarian.
  2. Membawa kesedihan itu ke doa dan pujian, dan di sana menemukan kekuatan baru.

Yesus menunjukkan jalan kedua. Murid-murid memilih jalan pertama.

Kita pun sering sama: ketika hati penuh beban, kita lebih mudah menenggelamkan diri dalam tidur, tontonan, atau dunia digital daripada meluangkan waktu berdoa.
Padahal, doa adalah satu-satunya tempat di mana dukacita bisa berubah menjadi kekuatan surgawi.

πŸ‘‰ Pesan untuk kitab: sedih bisa jadi pintu tidur rohani, atau pintu doa yang membuka lawatan Allah. Pilihannya ada di tangan kita.

πŸ“š Baca Juga Artikel Lainnya

  • Dimulai dari Sayap-Nya: Perjalanan Iman dalam Lima Fase
  • Kesetiaan Harian

Bahaya Tidur Rohani: Melewatkan Lawatan Allah

Yang paling menyedihkan dari peristiwa Getsemani adalah: murid-murid melewatkan kesempatan mendengar isi hati Yesus yang terdalam.

Bayangkan, seandainya mereka tidak tertidur, mungkin kita akan membaca dalam Injil curahan hati Yesus yang jauh lebih banyak. Tetapi karena mereka tidur, yang mendengar hanya Bapa dan malaikat.

πŸ‘‰ Tidur rohani selalu membuat kita kehilangan sesuatu:

  • Firman yang seharusnya menguatkan kita.
  • Teguran Roh Kudus yang bisa menyelamatkan kita dari jatuh.
  • Lawatan pribadi Tuhan yang bisa mengubah hidup kita.

Saat kita tertidur, Getsemani tetap berlangsung. Perjuangan rohani tetap berjalan. Hanya saja kita ketinggalan.


Satu Jam yang Menentukan

Yesus berkata:
“Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?” (Markus 14:37)

Kalimat ini sederhana tapi dalam. Satu jam saja. Tidak lama, tetapi justru satu jam itu menentukan.
Murid-murid yang gagal berdoa di Getsemani akhirnya gagal juga menghadapi pencobaan: Petrus menyangkal Yesus, yang lain lari meninggalkan-Nya. Akar semuanya sama: doa yang gagal.

Satu jam doa setiap hari bukanlah aturan kaku, tapi bisa menjadi ukuran minimal agar kita sungguh berjaga bersama Tuhan. Dari 24 jam yang kita punya, masakan kita hanya memberi “ampas” waktu untuk-Nya?


Dari Ampas ke Sulung: Beri Waktu Terbaik

Yesus tidak menuntut banyak. Satu jam doa saja sudah cukup. Tetapi satu jam itu bisa menentukan arah hidup kita.

Daniel adalah teladan: “Berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya… berlutut tiga kali sehari dan berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya” (Daniel 1:8; Daniel 6:10).

β€œDoa bukan untuk meminta apa yang kita mau, tapi untuk meminta agar kita bisa mengerti kehendak Allah.”
β€” Andrew Murray

Apa itu “Waktu Sulung”? ⏰

Waktu sulung berarti memberikan yang terbaik, bukan yang tersisa.

“Hormatilah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan penuh terisi, dan tempat pemerasan anggurmu akan meluap dengan air anggur.” (Amsal 3:9-10)

Waktu “Ampas” ❌

  • Berdoa sambil ngantuk sebelum tidur 😴
  • Membaca Alkitab sambil scroll media sosial πŸ“±
  • Memuji Tuhan dengan pikiran yang lelah dan terbagi

Waktu “Sulung” βœ…

  • Memberikan 1 jam terbaik saat pikiran jernih
  • Mematikan gadget dan fokus sepenuhnya pada Tuhan
  • Punya jadwal doa khusus yang konsisten, seperti Daniel

“Pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, ya TUHAN, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menanti-nanti.” (Mazmur 5:4)

πŸ’‘ Prinsip Waktu Sulung:

  • Prioritas menentukan berkat.
  • Kualitas lebih penting daripada kuantitas.
  • Konsistensi menghasilkan transformasi.

Lawatan di Tengah Kelelahan

Yesus menunjukkan bahwa di puncak kelelahan, justru ada lawatan Allah. Malaikat datang menguatkan-Nya.
Murid-murid, sebaliknya, kalah oleh rasa kantuk dan kesedihan (Lukas 22:45). Mereka melewatkan jam emas itu.

Pesan bagi kita jelas: jangan biarkan kelelahan dan kesedihan membuat kita tertidur rohani.
Saat kita merasa paling lemah, justru di situlah Tuhan ingin melawat kita secara pribadi.


Penutup: Jangan Terlewat!

Yesus berkata: “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan. Roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Markus 14:38)

Hari ini, suara itu masih sama:

  • Jangan beri Tuhan waktu sisa. Berilah waktu sulung.
  • Jangan tidur rohani di saat seharusnya berjaga.
  • Jangan lewatkan lawatan Allah di tengah kelelahan.

Sebagai kelanjutan dari refleksi tentang perjalanan iman, lihat juga artikel tentang Kesetiaan Harian untuk pemahaman lebih lanjut.

Untuk memahami lebih dalam tentang tahapan perjalanan iman, baca artikel Dimulai dari Sayap-Nya: Perjalanan Iman dalam Lima Fase.

πŸ’‘ Ingatlah:
Satu jam bersama Tuhan bisa mengubah hidupmu lebih dari seribu jam dengan dunia.
Yesus sedang menunggu kita, seperti di Getsemani.

“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3:20) ✨

Berdoalah dan Berjagalah
Renungan

Post navigation

Previous post
Next post

  • Harta Duniawi dan Jembatan ke Surga: Lukas 16:9-18 dalam Dunia YesusΒ πŸŒ„βœ¨
  • Tuhan Tidak Terburu-Buru: Panggilan Menjadi Saksi di Tengah Dunia yang Gelisah
  • Yesus sebagai Air Hidup: Sumber Kehidupan Rohani bagi Orang Percaya
  • Ketika Alam Semesta Balas Menatap: Luka dalam Cara Kita Memahami dan Cara Kita Menghindari Relasi
  • “Lebih Baik Ia Tidak Dilahirkan”: Luka Yesus, Tragedi Yudas, dan Gugatan terhadap Eksistensi πŸ’”

©2025 VeniSancteSpiritus Blog Kristosentris | WordPress Theme by SuperbThemes